Kamis, 04 Januari 2018
Rabeg sajian daging kambing legendaris favorit Sultan Banten
Sajian daging kambing dari Banten ini punya sejarah menarik. rasanya yang gurih manis dengan rempah-rempah yang pekat, tentu saja rasanya lezat!
mengapa nama sebuah kota di tanah Suci Arab Saudi menjadi nama sajian khas Banten yang populer hingga kini? sejarah panjangnya .
ketika Raja Banten Sultan Maulana Hasanuddin naik haji, kota pelabuhan yang pertama didarati di tepi laut Merah adalah Rabiq (juga dieja sebagai Rabigh). ini adalah sebuah alasan kota kuna yang sebelumnya bernama Al johfa.
pada awal abad ke 17, kota ini hancur karna ombak, dan dibangun kembali menjadi kota yang indah dengan nama baru rabiq. Sultan Banten sangat terkesan dengan keindahan kota itu. beliau juga sempat bersantap dengan lahap di kota itu setelah berminggu minggu menggarungi samudra.
sepulang kembali ke Banten, kenangan tentang rabiq di Provinsi Makkah itu membuat Sultan menitahkan juru masak istana untuk memasak daging kambing. karena tidak ada yang tahu bagaimana cara memasak kambing seperti di Tanah Suci, juru masak pun mereka-reka sendiri masakan kambing yang khas ternyata, Sultan sangat menyukainya.
sejak itu, massakan kambing empuk yang gurih dan beraroma harum itupun menjadi sajian wajib istana. resep masakan itu pun akhirnya "bocor" ke masyarakat, dan menjadi sajian populer yang wajib hadir di setiap perhelatan. tak pelak lagi, nama rabiq pun melekat pada masakan itu.
Dalam perjalanan waktu, rabiq pun berubah menjadi rabeg seperti sekarang umum dieja. hingga sekarang rabeg masih menjadi sajian populer di Provinsi Banten. Di serang banyak warung dan rumah makan yang menyajikan masakan ini. ada rumah makan yang menyajikan rabeg dari daging dan jerohan kambing, ada pula yang hanya menyajikan rabeg dari daging dan iga kambing.
bumbunya pun kadang-kadang berbeda dari dapur yang satu ke dapur yang lain. misalnya, bila dahulu digunakan gula merah dari kelapa yang memang banyak diproduksi di Banten, sekarang banyak yang menggantikannya dengan kecap manis. ada pula memakai kapulaga dan bunga lawang (pekek, star anise) untuk mencuatkan cita rasa Arab. tetapi, kebanyakan cukup dengan memakai sedikit kayu manis untuk menampilkan aroma harum.
tentang aroma kambing yang kuat, masing-masing dapur mempunyai pendekatan masing-masing. ada yang justru membiarkan aroma hewan itu, tetapi ada pula yang justru menggunakan teknik-teknik tertentu untuk "menenggelamkan" aroma prengus dari daging kambing.
biasanya yang masak rabeg tanpa jerohan akan menghasilkan masakan yang lebih harum. bumbu dasar rabeg adalah bawang merah, bawang putih, dan alada putih. Di belakangnya ada bumbu bumbu penunjang lainnya, yaitu : biji pala, kayu manis, jahe, lengkuas, dan cabe rawit. kelengkapan ini menjelaskan mengapa citarasa pedas masakan rabeg iini sungguh kompleks di peroleh dari lada putih, cabe rawit dan jahe.
selintas memang mirio semur, tetapi dengan citra rasa yang lebih kaya. menurut petuah orang tua, rabeg yang di masak untuk akikah tidak boleh terlalu pedas.
"Dimasak manis saja, supaya nanti anaknya juga manis, begitulah kepercayaan masyarakat. akikah adalah wajib bagi pemeluk agama islam. untuk anak laki-laki wajib di sembelih dua ekor kambing, sedangkan anak perempuan cukup seekor kambing.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar